25 September 2013

Latnankan ! | Engkau Puisi Ku



Embun itu jatuh di perapian
Tak sanggup aku bangkit berdiri
Wahai engkau Sang Pengayom jahannam !

Tak berbelas kian kasih
Benar engkau iblis-iblis nyata
Tak pernah mau tau jelatanya aku
Lihat aku sebatang kara
Hidup terbayang-bayang jasad ayah bunda

Oh, Engkau Sang Maha Tuan...
Musnahkan mereka yang menggigit kepedihan
Lenyapkan dari bumi-Mu
Mereka-mereka sang ahli neraka

23 September 2013

JAZIRAH CINTA | Engkau Puisi Ku




Saat aku tak lagi dapat menerka
Apa yang sedang terjadi denganku saat ini
Saat rimbun hujan ini perlahan turun dengan angkuhnya
Membasahi jemariku yang berselimut debu

Terdengar lirih rintihan air itu
Yang kuterka ialah hatiku pilu saat ini
Saat aku tak dapat lagi beranjak dari pemberhentian pikiran
Dari dosa-dosa yang tak terlihat
Oleh mereka yang tak sadar kalau Tuhan ada di belakangnya

Ku mulai menghitung suara dari cermin itu
Setelah kudapati dua hati yang sebenarnya sama
Sama rasa, sama cinta
Sama kasih, sama sayang,
Sama pula harapannya

Namun hukum Tuhan masih berlaku
Untuk hati mana yang belum suci menjadi milikku
Untuk hati  mana yang belum disucikan Tuhan mereka menjadi milikmu

Aku takut dosa
Takkan lagi kukejar dosa-dosa itu,
Yang pastinya akan menambah beban sisi kiriku di hadapan-Nya kelak
Begitupun kau...

Kau yang menyadarkanku, Tuhan ada di belakang, depan, samping, atas, dan bawah kita
Semua penjuru, gerak dan gerik kita terpantau lewat ke-Maha Besaran-nya
Tak mau lagi kucari cinta yang lain,
Tak mau lagi kucari kasih yang lain,
Yang belum tentu sekritisnya terhadap Tuhan
Dan kau pelabuhan terakhirku,

Biar kini kita saling menjauh,
Untuk sementara menghindar dan berlindung dari syetan-syetan itu
Untuk sementara menemukan jati diri masing-masing

Setiap doa ku panjatkan bagi Dia Pemegang Hidup dan Mati,
Setiap itu pula aku bersimpuh, menengadah, dan berserah
Agar Dia mentakdirkan aku tercipta untukmu,
Pendamping hidup,
Imam untuk sebuah keluarga,
Ibu untuk anak-anakku kelak,

Dengan cinta iman dan taqwa,
Tunggu aku di jazirah cinta...

SAJAK HUJAN | Engkau Puisi Ku




Tiap malam seberkas embun hadir
Di pelupuk mata menyambut kedamaian
Saat  ku tau langit baru saja menangis
Menggigil ketakutan oleh kuasanya Tuhan

Lalu lihatlah sang rembulan
Kemanakah ia bersembunyi ?
Di balik bintang-bintang itukah ?
Atau ada di saku celanamu, teman ?

Betapa rindunya kumbang kepada lebah
Betapa cintanya burung dengan sarangnya
Dan betapa bahagianya hubungan gelap
Antara merpati dan singa.

Kuucapkan dua patah kata kepada hujan
‘tolong berhentilah’ membasahi hari
Lalu kulambaikan tangan pada awan yang berarak menjauhiku
Kukedipkan sebelah mataku pada angin yang semilir menyibak poniku

Sementara hujan masih belum berhenti
Kutikam ia dari belakang
Hap! Dan aku basah kuyup
Gemuruh saling menyahut
Seperti saudara tua yang lama baru bertemu
Layaknya lautan yang memeluk gunung

Kubiarkan sejenak
Aku termakan hujan
Aku dibelenggu awan
Sampai tak ku tau telingaku tak terlihat lagi daunnya
Sampai kuku jemariku raib entah kemana

Benar keremangan sudut pandang ini
Terselit bayang wajahmu melingkari pikiranku

Pelangi Tanpaku | Engkau Puisi Ku




Seketika terperanjat kaku
Bintang bergelimpangan menguji syahdu
Turun ke dasar bumi cahayanya aku ragu
Bilah-bilah tepi kian sepi

                Lalu kemanakah ku harap asa
                Membumbung lalu berkabung
                Pelangi tak pernah mencela awan
                Aku kesusahan menggasak hujan


Muatan hati tak pernah lupa
Melepasku kian memingitku
Lakuku kian awan itu
Diam-diam ku taksir gadis itu

                Rupaku kian sedingin beringin
                Tak luluh diuji sunyi
                Berbaur akar dengan tanah
                Terbaur air turun ke langit

SINGGASANA PASIR | Engkau Puisi Ku




Hamparan angka tak pernah bertuan
Singgasana pasir, sajak tak pernah bertuan

Dalam doa
Padahal ia...
Begitu ku rindu

Lepaskan nafasku !
Lepas tarik aku terhimpit
Api kecemburuan dalam hitam
Hampir  menghitam sekarang memutih