Saat
aku tak lagi dapat menerka
Apa
yang sedang terjadi denganku saat ini
Saat
rimbun hujan ini perlahan turun dengan angkuhnya
Membasahi
jemariku yang berselimut debu
Terdengar
lirih rintihan air itu
Yang
kuterka ialah hatiku pilu saat ini
Saat
aku tak dapat lagi beranjak dari pemberhentian pikiran
Dari
dosa-dosa yang tak terlihat
Oleh
mereka yang tak sadar kalau Tuhan ada di belakangnya
Ku
mulai menghitung suara dari cermin itu
Setelah
kudapati dua hati yang sebenarnya sama
Sama
rasa, sama cinta
Sama
kasih, sama sayang,
Sama
pula harapannya
Namun
hukum Tuhan masih berlaku
Untuk
hati mana yang belum suci menjadi milikku
Untuk
hati mana yang belum disucikan Tuhan
mereka menjadi milikmu
Aku
takut dosa
Takkan
lagi kukejar dosa-dosa itu,
Yang
pastinya akan menambah beban sisi kiriku di hadapan-Nya kelak
Begitupun
kau...
Kau
yang menyadarkanku, Tuhan ada di belakang, depan, samping, atas, dan bawah kita
Semua
penjuru, gerak dan gerik kita terpantau lewat ke-Maha Besaran-nya
Tak
mau lagi kucari cinta yang lain,
Tak
mau lagi kucari kasih yang lain,
Yang
belum tentu sekritisnya terhadap Tuhan
Dan
kau pelabuhan terakhirku,
Biar
kini kita saling menjauh,
Untuk
sementara menghindar dan berlindung dari syetan-syetan itu
Untuk
sementara menemukan jati diri masing-masing
Setiap
doa ku panjatkan bagi Dia Pemegang Hidup dan Mati,
Setiap
itu pula aku bersimpuh, menengadah, dan berserah
Agar
Dia mentakdirkan aku tercipta untukmu,
Pendamping
hidup,
Imam
untuk sebuah keluarga,
Ibu
untuk anak-anakku kelak,
Dengan
cinta iman dan taqwa,
Tunggu
aku di jazirah cinta...